Cerita Horor Saat Ingin Mendaki Gunung Sibayak

Cerita Horor Pendaki Gunung Sibayak
Cerita Pendaki Gunung Sibayak

Berani tak berani untuk nge-up cerita pengalaman sendiri disaat ingin mendaki Gunung Sibayak. Cerita horor karena perginya bersama orang yang sekarang sudah jadi Mantan. Eits anggap saja dia teman (karena sudah menjadi Mantan) Aku menyebutnya dengan inisal Z.

Sebelumnya, kemarin aku sudah menuliskan sedikit cerita ku disaat aku ingin pergi ke Gunung sibayak dengan adik kost ku, artikel tersebut lengkap dengan lokasi, htm dan juga fasilitas.

Cerita ini sebelumnya tidak pernah aku ceritakan kepada siapapun, kecuali salah satu mutual ku di twitter.

Karena kita berbagi kisah pengalaman horor. Aku tidak pernah bercerita, karena aku yakin orang lain tidak akan percaya dengan apa yang aku lihat.

Singkatnya, pada hari itu aku dan seorang teman yang berinisial Z tersebut ingin ke Gunung Sibayak.

Karena kami tidak ada satupun peralatan camping, maka kami memutuskan untuk menyewa peralatan camping di sekitaran terdekat oleh lokasi kami.

Oh iya, kenapa perginya malam, karena dulu si Z ini pergi bareng teman - temannya pada malam hari.

Sedangkan aku, ya tertarik saja asal tidak sendirian. Apalagi bisa menikmati indahnya sunrise di pagi hari.

Jadi aku mengikut saja. Karena jika soal alam, aku yakin para pendaki itu semuanya ramah dan saling menjaga. Karena sejauh ini tak kenal pun jika berpapasan selalu bertegur sapa. Seseorang pernah mengajarkan aku akan hal ini.

Pada jadwal keberangkatan, seharusnya kami bergerak pukul 9 malam. Namun ternyata kami kehabisan beberapa peralatan. Sehingga memutuskan untuk berkeliling dan mencarinya sampai ketemu.

Maaf ndan, sedikit bernostalgia. Tapi ini anak benar - benar menjaga aku banget waktu mau pergi ke Alam. Sedari pergi sampai pulang.

Setelah semua barang camping sudah kami dapatkan. Kami berdua kembali lagi ke rumah kontrakan Z, karena lelah dan takut lebih kelelahan di jalan. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak walau hanya 1 jam dan juga merapikan / menyusun barang - barang.

Tepat jam 23.30 WIB kami memutuskan untuk pergi menuju Gunung Sibayak.

Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, menuju ke Gunung sibayak ini kita bisa melewati beberapa jalur, dari simpang pos polisi, kebun strawberry atau Pasar Buah Berastagi.

Akan tetapi, karena aku belum pernah melewati jalan dari Simpang Pos Polisi dan... Katanya ia tau jalan hanya dari sini, karena kemarin pergi ke Gunung sibayak melintasi jalan ini. Akhirnya yaa baiklah, saya ikut saja.

Karena semakin banyak tau jalan, kita jadi tau juga, agar tidak tersesat kedepannya.

Jalan ini melewati si debu - debu.

Oh iya, posisi aku di bonceng oleh si Z, menyandang tas carrier yang penuh dan sangat berat plus beberapa makanan dan minuman yang kami ikat dengan kain sarung.

Jujur saja tas tersebut sebetulnya berat sekali, aku sampai kesusahan saat ingin menaiki motor. Alhasil aku naik ke motor duluan, lalu Z menaikkan tas ke bahu ku.

Hal itu sengaja aku lakukan, karena disaat perjalanan dari simpang pos polisi menuju pos gunung sibayak. Jalan sungguh hancur dan rusak parah.

Aku yakin pasti dia akan kesusahan membawa motor. Karena dia tidak pergi sendirian, maka aku membantu untuk meringankan dia.

Belum sampai di tengah perjalanan, akan tetapi lampu penduduk sudah tidak lagi terlihat, kanan kiri sudah banyak pepohonan, gelap, jalan rusak dan hanya di terangi oleh lampu motor dan terangnya bulan.

Disini, hati ku sudah mulai tidak enak.

Jujur saja, ada sesuatu yang aneh, seperti ada yang memperhatikan, tetapi dengan kecepatan penuh.

Aku masih positif thinking walau sedikit panik itu adalah binatang buas. Dimana pada Gunung sibayak ini masih cukup banyak binatang buas berkeliaran.

Karena aku tidak tahu jalan, masih saja aku mengucap dengan kalimat "Apakah sudah dekat?" Atau "masih jauh lagi ya?"

Karena serius jalan yang separah itu. Bebatuan kasar dan cukup besar memenuhi sepanjang jalan.

Mungkin ini sudah hampir pertengahan jalan, kami menyapa sekelompok orang yang mungkin juga ingin mendaki ke Gunung Sibayak.

Kami tetap melanjutkan perjalanan, setelah jauh dari sekelompok pendaki.

Aku merasa ada yang terbang mengikuti kami.

Aku diam saja, dan tetap berfikir positif.

Lalu, dari kejauhan aku melihat ada sebuah rumah tak berpenghuni, mungkin juga satu - satunya rumah. Semakin kami mendekat, seseorang yang menunggu di pinggir jalan semakin masuk ke area rumahnya.

Oh iya, sebelumnya sepanjang jalan itu sangat bau pandan. Bau sekali.

Aku yang dari tadi diam saja, tiba - tiba nyeletuk "Z apakah kamu mencium bau pandan?"

Z diam saja

Padahal, nada ku begitu keras menurut ku. Masa iya dia tidak mendengar ku berbicara.

Jujur, aku sudah panik dan ketakutan.

Dan benar, pada saat kami melewati rumah itu...

Seorang wanita berpakaian lusuh, rambut panjang terurai dan sangat berantakan sekali tersenyum dengan sangat lebarnya sambil melambaikan tangan menuju ke arah ku.

Jujur, aku menangis ketakutan!

Karena matanya seram, wajah yang cukup rusak dan senyum yang tak wajar.

Apalagi keadaan rumah tersebut, pagarnya dalam kondisi tertutup dan tergembok.

Aku hanya bisa memejamkan mata, sambil mengucap istighfar.

Tau apa yang terjadi setelahnya?

Kami terjatuh, jatuh yang cukup aneh menurut ku

Memang sih itu sedikit tanjakan, tapi aku merasa seperti ada seseorang yang mengikat tali di motor kami lalu menariknya.

Kalau memang jatuh seharusnya itu jatuh biasa. Tetapi ini tidak, Z juga mengakui kaget dan merasa cukup aneh.

Syukurnya Z tidak kenapa - kenapa. Ia langsung loncat dari sepeda motornya.

Motornya terseret ke bawah seperti di tarik.

Z loncat, aku jatuh sekitar jarak 6 langkah kaki. Dan motor masih terseret panjang.

Dan aku yang kenapa - kenapa. Tangan siku ku terbentur oleh batu yang begitu keras. Terlebih lagi aku membawa carrier.

Setelah jatuh, tahu aku mendengar apa?

Seorang wanita yang aku sebutkan tadi, ia berdiri di depan pagar, menertawakan sambil menunjuk aku yang terjatuh.

Disaat dia tertawa, yang tadinya aroma pandan kini berganti menjadi bau busuk yang sangat menyengat.

Aku melihatnya dengan jelas, entah kenapa kejadian ini masih terekam jelas di ingatan aku.

Z membantu ku, ia bilang bahwa setelah tanjakan ini akan bertemu dengan satu simpang dan pos 1.

Ia berusaha keras ingin memegang carrier dan kain sarung yang berisikan makanan.

Aku tetap menolak, karena katanya sebentar lagi akan tiba dan sampai. Tak apa, kataku.

Z tetap melanjutkan perjalanan, bahkan ia tidak membiarkan aku turun dari motornya.

Sampai tiba di suatu warung pada kaki Gunung Sibayak. Ia melihat luka ku, lalu mengobati dengan seadanya peralatan.

Aku bertanya kembali apakah dia mencium bau pandan? Sebelum kita terjatuh.

Jawabannya adalah tidak, dia bahkan tidak mendengar aku berbicara. Katanya, aku dari tadi diam saja sambil melihat ke arah kanan dan kiri.

Tetapi, di akhir dia bertanya pada ku, hemm seperti ini...

"Aku tadi hanya mencium bau busuk yang menyengat put"

Jujur, disini selain pengin menangis karena kesakitan. Ternyata nih orang ngerasain juga apa yang aku rasain. Bedanya dia tidak bisa melihat hanya mencium aroma busuk menyengat saja.

Mau nangis kan tidak bisa juga, kan sangat ramai orang. Hu hu hu hu

Ada sesuatu yang cukup mengagetkan aku juga, ternyata si Z di sepanjang jalan di perhutan tersebut tidak menemui rumah, dimana aku melihat sosok itu berdiri dan masuk menuju rumah tersebut.

Katanya, yang ada hanya perkebunan warga, yang mereka pagari sendiri.

Biar tidak sama - sama panik. Aku menenangkan diri dan dirinya, memastikan bahwa aku baik baik saja.

Carrier? Ya tetap di pegang dia. Kami sampai mendaki kurang lebih pukul 3 atau 4 gitu.

Pada suatu tempat memberikan pemandangan yang luar biasa, sayangnya tempatnya tidak mendukung pada saat itu untuk memasang sebuah tenda.

Angin begitu kencang, sedang kami sudah kelelahan.

Di akhir kami mencari tempat dimana angin lebih berdamai untuk mendirikan sebuah tenda.

Kami selesai membangun tenda pada jam 6 pagi, dimana hari sudah cukup terang.

Aku tidak tidak tau apakah cerita ini menyeramkan atau tidak. Yang pasti cerita ini masih tersimpan di memori ku, padahal sudah 5 tahun berlalu.

Aku pada saat menuliskan ini, 

Aku tidak memaksa untuk dipercaya, tapi ini kejadian nyata di aku.

Ada beberapa kejadian hal lainnya yang aku alami saat pergi ke alam bersama rekan - rekan ku yang lainnya. Tapi aku masih berpikir lagi apakah akan aku tulis lagi atau tidak.

Menurut ku, mungkin jalan yang kami lalui cukup sedikit diminati oleh pendaki, mungkin saja hanya 5% atau 10 % dilewati oleh pendaki. Yaa karena jalanya yang rusak.

Mungkin juga karena sepi itu, dan kebetulan aku sedikit peka dengan mereka. Lalu mereka yang jahil mencoba menjahili aku, yaa tapi kenapa harus sampai main fisik. Hemmm.

Saat pulang, aku meminta Z untuk berlain arah, tidak melewati jalan itu lagi.

Haii, terima kasih telah membaca tulisan ini hingga akhir. Aku ulangi kembali, aku tidak meminta mu untuk percaya dengan cerita ku atau tidak.

Kejadian ini aku alami sendiri pada tahun 2017 lalu.

Posting Komentar untuk "Cerita Horor Saat Ingin Mendaki Gunung Sibayak"