Ibu Semakin Menua, Kita yang Menuju Dewasa
Cerita Ibu |
Waktu terus berjalan, tanpa disadari bahwa sosok Ibu yang merawat sedari dalam kandungan kini telah menua, sedang kita beranjak dewasa.
Jangankan menuliskan tentang Ibu, melihat sebuah film mendengarkan cerita Ibu. Mungkin kita bisa saja terdiam, tidak bisa berkata atau malah bikin kita menitikkan air mata yang terus mengalir di pipi.
Ketika Ibu menua, Ibu akan jarang sekali berbicara, lebih memilih untuk melihat tumbuh kembang anaknya, walau terkadang bisa sedikit teriris, merasa jikalau buah hatinya kini telah bertumbuh dewasa dan takut akan jauh darinya.
Seorang guru pernah menjelaskan bahwa setiap orang tua akan kembali ke masa kanak - kanak. Mulai dari sikap, pemikiran, gigit atau juga cara berbicaranya.
Penulis mengambil pandangan bahwa itu adalah posisi yang akan terbalik, dimana dulu sang ibu merawat, menanti dan melihat setiap perkembangan, tak jarang ada yang rela meredam amarah karena kenakalan yang tak sengaja dilakukan karena tau bahwa sang anak belum mengerti setiap tindakan yang dilakukan. Walau terkadang Ibu pasti sempat khilaf, karena beban yang ia tunggangi bukan satu anak saja.
Ketika Ibu menua, mungkin di situlah posisi kita yang berganti untuk kembali merawat Ibu. Tetapi, kebanyakan diantara kita acuh tak acuh kepada Ibu. Tidak peduli apakah Ibu dan Ayah sudah menua atau tidak.
Ketika Ibu Mulai Menua
Ketika ibu mulai menua, dan kita yang menuju dewasa. Yang seorang anak tidak tahu menahu, tapi sebetulnya ibu butuh kan adalah:
Perhatian
Semakin dewasa seorang anak, semakin sedikit waktu yang di bagikan untuknya. Sosok Ibu sangat butuh rasa perhatian sampai kapan pun. Ibu selalu menanti perhatian dari kamu.
Bentuk perhatian kecil, misalnya :
"Ibu, sudah makan? Makan ya nanti sakit"
"Ibu, sudah minum obat?"
"Ibu, sini aku pijat. Badan Ibu sakit ya"
Perhatian dengan bentuk pertanyaan yang sepele dan sekecil ini, justru berharga banget buat seorang Ibu. Jangan sampai ada anak lain yang lebih perhatian dari pada kamu.
Nak, bisa kah kamu memenangkan bentuk perhatian kepada Ibu lebih dari anak lain. Walau kamu tetap di hati.
Bagaimana besarnya perhatian orang lain kepada Ibu, seorang Ibu tetap berharap kalau anaknya lebih perhatian terhadapnya.
Coba tanyakan pada dirimu sendiri, Sudahkah kamu perhatian kepada Ibu-mu walau hanya dengan satu pertanyaan?
Kabar
Seorang anak memang tak melulu tinggal dengan orang tua, ada yang perantauan, ada yang sibuk bekerja dan ada pula yang tinggal ikut dengan suami, namun lupa memberi kabar kepada Ibu, tentang Apa saja kegiatan, atau pertanyaan sebuah kabar.
Padahal, teknologi sudah di permudah dengan adanya sebuah gawai, dimana gawai ini tidak bisa lepas dari genggaman. Bahkan sesibuk apapun, gawai ini wajib ada.
Sosok Ibu yang cemas menunggumu pulang, rela tidak tidur bahkan menunggu anaknya di depan pintu. Kadang ia juga merasa dilupakan, karena sedikit kabarpun kita lupa untuk memberi.
Meski kadang terlihat diam, sedikit kesal, sebuah kabar tetap di tunggu oleh sang ibu, kapanpun itu.
Apapun posisi kamu sekarang, perantauan, bekerja, tinggal dengan suami karena sudah menikah, tetap kabari Ibu. Karena sebuah kabar dapat membangun hubungan yang lebih baik.
Jadi, kapan terakhir kali kamu menghubungi dan mengabari Ibumu?
Cerita
Hai seorang anak yang terlahir dari rahim seorang Ibu, yang di besarkannya dengan penuh kasih dan rasa sayang serta cinta tulus darinya.
Kamu mungkin tidak mengingat jika dulu Ibu sering mendengarkan ocehan kamu semasa kecil. Namun kini, kita yang sudah dewasa tidak lagi banyak bercerita, tidak lagi banyak bertanya.
Kebanyakan, seorang anak merasa bosan mendengarkan ocehan ibu yang kadang berucap secara berulang, itu - itu saja, atau suatu hal yang tidak penting, sekadar berbasa - basi. Iya, duniamu bukan lagi bercerita soal Ibu.
Padahal kamu bisa ceritakan apa saja kepada Ibu, dan tanyakan juga ceritanya. Berbagi kisahlah dengan Ibumu, bertukar ceritalah kepada ibumu.
Setiap langkah yang kamu ambil, berkat doa ibu.
Dari sekian poin yang penulis amati, pada poin Cerita ini, adalah yang paling di butuhkan Orang Tua, baik Ayah ataupun Ibu.
Jika bukan kepada anak, tempat Ibu mengadu dan bercerita, lalu kepada siapa? Karena setiap Ibu menaruh pengharapan semua kepada anak.
Kapan terakhir kali kamu bercerita kepada Ibu? Bukankah kamu menemukan solusi dari setiap kesulitan itu darinya? Dia yang memberi jalan keluar.
Jangan sampai nanti kau rindu untuk bercerita kepada Ibu.
Mulai dari sekarang, ajaklah Ibu bercerita tentang apa saja, dengarkan apapun yang ia katakan, ia butuh teman bercerita dan di dengarkan.
Kasih Sayang
Ketika kamu menjadi seorang Ibu, bisa beri jawaban kepada penulis? Apa yang kamu rasakan ketika kamu menjadi seorang Ibu?
Yang penulis amati, kamu membagikan kasih sayangmu penuh kepada seorang anak
Namun, jika kamu seorang anak, bisa kah kamu memberi jawaban kepada penulis, lewat kolom komentar yang ada di bawah.
Ibuku, Seorang Pekerja
Jika Ibumu seorang pekerja, yang menurutmu jarang dirumah, kau mungkin merasakan yang namanya kesepian, kurangnya kasih dan sayang.
Beberapa Ibu menganggap bahwa ketika mereka mencari pekerjaan itu hanya karena ia ingin anaknya tumbuh dewasa dengan baik, mendapatkan pendidikan yang baik dan hidup yang layak. Mungkin, sebagian demikian.
Di balik itu, ada juga sosok Ibu yang rela meninggalkan pekerjaannya yang tidak dipandang sebelah mata, bahkan pekerjaannya terbilang cukup populer dengan gaji yang tinggi. Namun, ia memilih berhenti dari perusahaan besar dan ternama, hanya murni ingin mengurus seorang anak dan ingin membagikan sebuah kasih sayang.
Semua tindakan yang di jalani Ibu, adalah keputusan yang ia ambil, walau tak jarang tidak semua Ibu memahami keinginan sang anak.
Ketika kita menuju dewasa, tumpuan pekerjaan, adanya tanggung jawab setelah menikah. Membuat kita terjauh dari sosok Ibu. Kamu (anak) yang dapat menentukan, setelah menikah apakah menjauhi Ibu atau tidak. Karena sejauh apapun jarakmu tetap bisa di dekat karena gawai.
Tidak heran jika, Seorang Ibu butuh kamu (anak) yang menemaninya hingga tua. Karena, beberapa anak, merasa beruntung karena sempat merawat ibu yang tengah sakit, dan menemani hingga ajal menjemput. Beberapa anak merasa tidak seberuntung itu karena tidak bisa menemani dan merawat ibu ketika ibu menua.
Kurang lebih, itulah beberapa poin yang dirasakan Ibu, tidak ingin di ceritakan kepada anaknya. Mereka dapat merasakannya, lalu menangis.
Percaya tidak percaya, beberapa Ibu berani bercerita kepada orang lain karena tidak sanggup menahan rasa rindu kepada anaknya yang tidak pernah menghubungi dan merasa terlupakan olehnya.
Disclaimer : Penulis, belum menjadi seorang Ibu, namun ide penulisan ini penulis mengamati dari sekian Ibu - Ibu yang ia temui.
Tulisan ini mungkin bisa saja tidak sepaham denganmu, Namun pasti akan ada yang relate sekali dengan tulisan ini. Penulis menghargai kamu jika tulisan ini tidak nyaman kamu baca, namun kamu juga harus menghargai mereka yang kisahnya se-relate ini.
Penulis menuliskan ini hanya sebagai mengingat bahwa semakin Ibu menua, Ibu selalu merindukan sosok anak ada di sampingnya.
Posting Komentar untuk "Ibu Semakin Menua, Kita yang Menuju Dewasa"
Posting Komentar